Rupiah melorot, wajarkah ?


        Pada minggu pertama Maret 2015, nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan, bahkan telah berada di atas Rp13.200 per dolar AS.  Hal tersebut merupakan yang terendah sejak krisis tahun 1998. Nilai tukar rupiah cenderung melemah dengan tren  terbarunya membuat pelemahan yang semakin kuat. Meski demikian, hampir semua menteri dijajaran menko perekonomian masih tenang dalam menghadapinya. Pada konferensi pers, Rabu petang 11 Maret 2015, pemerintah menyampaikan bahwa rupiah saat ini masih dalam kondisi normal dan wajar-wajar saja tuturnya.
Hal tersebut dapat menenangkan pelaku pasar agar tidak melakukan spekulasi berlebihan. Dan disamping adanya kenyataan pada pelemahan nilai tukar terhadap dolar terjadi di setiap negara. Hal tersebut menjadi ironi dan banyaknya pertanyaan dari masyarakat saat ini, Apakah wajar hal tersebut terjadi ?
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi nilai tukar terhadap dolar melemah. Bukan hanya faktor internal namun juga adanya faktor eksternal. Faktor eksternal pelemahan nilai tukar adalah karena dolar AS menguat. Akibatnya penguatan ekonomi dan penurunan angka pengangguran serta ada rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat. Dan penyebab utama pelemahan rupiah tentu saja adalah persoalan defisit transaksi berjalan di sepanjang 2014 mencapai USD26,2 miliar. 
Rupiah melemah juga diakibatkan sentimen positif terhadap mata uang counterparty-nya, yaitu dolar AS,  lebih kuat dibandingkan sentimen positif yang muncul dari faktor internal. Dolar AS dalam beberapa bulan terakhir trennya memang menguat terhadap sebagian besar mata uang di dunia. Kinerja perekonomian AS yang membaik menjadi faktor penyebab munculnya sentimen positif terhadap dolar AS. 
Jika pelemahan rupiah terus terjadi di negara kita ini, bukan tidak mungkin krisis akan kembali  terjadi. Berdasarkan perhitungan Bank Indonesia, setiap 1% pelemahan nilai tukar rupiah memang hanya akan meningkatkan inflasi sebesar 0,07%. Namun, yang perlu diingat, juga harus diperhitungkan dampak multiplier effect dan masih tingginya inflasi tahunan di Indonesia. Dengan demikian, jika pemerintah tetap yakin bahwa kondisi pelemahan rupiah saat ini merupakan hal yang wajar, tentu pemerintah juga sudah siap dengan berbagai langkah dan strategi untuk  mengatasi berbagai permasalahan tersebut.

Deviana Rahmawati, PBI, semester 4